Kamis, 06 Agustus 2015

SEJARAH SINGKAT KERAJAAN LAKIDENDE @unaahaKonawe


BAB II
PEMBAHASAN
§  Dalam proses sejarah yang ada di Indonesia banyak sekali terdapat sejarah-sejarah yang mampu membuat manusia atau masyarakat menjadi tertarik untuk menceritakannya atau menuliskanya atau dalam bahasa metode sejarah adalah “HISTORIOGRAFI”. Disini saya akan membahas situs sejarah yang ada di kabupaten Konawe kecamatan Una’aha dan kecamatan Abuki, diantaranya sebagai berikut.
A.    Raja Lakidende
Raja lakidende adalah raja pertama orang tolaki yang memeluk agama islam pertama kali di konawe, dalam proses pengislaman ada lima orang yang menjadi tokoh pengislaman Raja Lakidende yaitu utusan dari Sultan Buton dari kepulauan Tiworo, nama-nama utusan dari Sultan tersebut adalah :
1.      La Depi
2.      La Goha
3.      La Taripa
4.      La Tepara
5.      Wa Ode Ndoko
Makam para tokoh pengislaman Raja Lakidende diatass berada di kelurahan Parauna, Kabupaten Konawe.
Dalam  proses pelantikan Raja Lakidende menjadi seorang raja ada beberapa pemberontakan dikerajaan konawe yang dipimpin oleh Lamateleha dan Suramaindo dua adik kakak ini. Dua adik kakak tersebut meminta bantuan oleh raja Lakunta berada di daerah Luwu lalu mereka mendirikan suatu kerajaan tersendiri yang bernama kerajaan Lawata yang berkedudukan di Lawali , karena kegigihan kepemimpinan Raja Lakidende pemberontakan dapat dipadamkan.
Dalam sistem pemerintahan Raja Lakidende islam baruu resmi masuk di konawe. Sehingga ketika wafat Beliau dimakamkan secara islamik.
Description: 20140518-013.jpeg          Description: LeGaDhY-951428.jpg
“Gambar dari makam alm. raja lakidende yang di makamkan secara islamik bertempat di Kabupaten Konawe, Kecamatan Una’aha, Kelurahan Arombu.”

Sehingga masyarakat orang tolaki sekitar menyebutnya Sanggia Nginobu yang artinya Dewa yang dikuburkan karena dalam kepemimpinannya Beliau membawah perubahan di konawe, karena jauh sebelumnya orang-orang tolaki yang berada dikonawe sebelum masuknya islam proses pengguburannya dengan cara mayat-mayat orang yang sudah meninggal dimasukkan dalam gua, nama gua tersebut adalah gua batu payung yang berada di kecamatan abuki kabupaten konawe, setelah mayat-mayat tersebut sudah menjadi tulang belulang, tulang-tulang tersebut dimasukkan dalam guci, dan guci tersebut terbagi dua yaitu guci keramik dan guci tanah liat, guci keramik adalah tempat penyimpanan tulang-tulang orang bangsawan sedangkan guci tanah liat adalah untuk  masyarakat biasa dan guci-guci tersebut dimasukkan dalam gua batu payung itu kembali. Menurut hasil penelitian mahasiswa Arkeolog Makassar yang datang meneliti di gua tersebut tulang-tulang yang ada didalam gua tersebut bersekitar umur tulang-tulang tersebut 700-900 tahun.
Raja lakidende adalah bukan putra mahkota tetapi beliau diangkat sebagai raja karena Beliau masih keturunan Putra Raja, karena dalam sistem pemerintahan kerjaan konawe secara tradisional dan pembagian wilayah itu “Tiwole Bantohu dan Pituda Bate” kslau di daerah Buton dikatakan “Patamiana dan Siliombona”, arti dari Tiwole kalau dalam sistem orang tolaki ada sebuah talang yang tradisional yang terbuat dari anyaman yang mempunyai empat sudut dari Tiwole tersebut jadi sehingga pembagian wilayah tersebut ada empat sudut yang terdiri dari:
1.      Tambo Losoano Oleo yang gelar pemimpinannya disebut tapati yang berkedudukan di daerah Ranomeeto kerajaan Laiwoi.
2.      Tambo Tepuliano Oleo yang gelar pimpinannya disebut sabandara yang berkedudukan di Latoma
3.      Barataihana yang gelar pimpinannya disebut ponggawa yang bernama ponggawa Karaeng Watukila. Karaeng Watukila adalah ponggawa terakhir yang berkedudukan di Tongauna.
4.      Barataimoeri.
Ponggawa Karaeng Watukila adalah pahlawan yang melawan belanda, karena masuknya belanda pada tahun 1910 dikonawe, maka 1911-1912 terjadi pemberontakan masyarakat melawan Belanda yang diantaranya masyarakat yang melakukan pemberontakan adalah watukila sehingga beliau mendapat gelar Karaeng ketika pada masa pemberontakan  masyarakat melawan Belanda beliau ditangkap oleh Belanda lalu beliau dibuang dan diasingkan di Makassar, ketika beliau diasingkan beliau watukila masih membawah pengawal sehingga orang makassar menamakan beliau Karaeng, sehingga sampai sekarang watukila dikenal sebagai Karaeng Watukila, dan makam Alm. Karaeng Watukila berada di kelurahan Tongauna kabupaten Konawe:
Description: C:\Users\USER\Documents\Bluetooth\Inbox\LeGaDhY-951452.jpg            Description: C:\Users\USER\Documents\Bluetooth\Inbox\LeGaDhY-951453.jpg
“Gambar makam dari alm. Karaeng watukila yang bertempat di kab. Konawe, kec. Tongauna, kel. Tongauna.”

B.       Isteri pertama dan kedua Raja Lakidende
Isteri pertama Raja lakidende bernama Mowina, permaisuri Mowina ini putri daripada Lapaleadu dan saudara dari Mowina ini bernama Pakandeate yang digelarkan Anakia Ndamalaki yang berkedudukan di Angeburi. Dan makam dari istri pertma Raja lakidende bertampat di kelerahan Arombu.
Description: C:\Users\USER\Documents\Bluetooth\Inbox\LeGaDhY-951459.jpg
“Gambar makam dari Isteri pertama Raja Lakidende Permaisuri Mowina bertempat di,kabupaten konawe kecamatan Una’aha, kelurahan Arombu”

Tetapi mengingat kedudukan Raja Lakidende bukan seorang keturunan dari Putra Mahkota kemudia beliau dikawinkannyalah lagi dengan Permaisuri Wahuka (Putri Abuki), istri kedua dari raja lakidende ini anak Maranai Putra Mahkota kerajaan Konawe, maka dikawinkannya sehingga kedudukannya menjadi raja dan menjadi putra mahkota. Makam dari istri kedua raja lakidende ini bersampingan dengan makam istri pertama raja lakidende.
Description: C:\Users\USER\Documents\Bluetooth\Inbox\LeGaDhY-951458.jpg
“gambar makam dari istri kedua Raja Lakidende permaisuri Wahuka bertempat kabupaten di konawe, kecamatan Una’aha, kelurahan Arombu”

Kerajaan konawe ssetelah kerajaan Lakidende wafat mska masyarakat tidak ada lagi menunjuk raja, dikembalikannya mahkota di abuki dalam hal ini kepada Tohamba yang makamnya sekarang berada di daerah Abuki bagian atas bukit abuki, Tohamba dimakamkan diatas bukit karena masyarakat muda untuk mengingat bahwa dia adalah putra mahkota yang tidak pernah dilantik. Ketika beliau dibawakan mahkota atau dilantik menjadi raja beliau menolak, penyebab beliau ini menolak pelantikan tersebut karena yang pertama beliau tidak memiliki dan kedua beliau tidak mempunyai kemampuan dalam hal ini ( harta) olehnya itu Tohamba ini menyingkir di Lawali, tetapi ketika beliau sudah sakit dan masa hidupnya sedikit lagi berakhir Tohamba ini kembali lagi diAbuki, dan beliau meninggal dan dimakamkan di atas bukit Tambaosu, maka beliau diberi gelar Tawi Tamba Osu.
C.    Benteng Bendewuta
Benteng bende wuta ini yang berada di kabupaten Konawe, kecamatan Abuki, kelurahan Atodopi, merupakan benteng pertahanan yang diketuai putra mahkota Bokeo Tigalu untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda, pembuatan benteng bendewuta ini pada tahun 1912 proses pembuatannya selama enam bulan, pembuat atau pekerja benteng ini adalah suku atau orang asli Tolaki Abuki mereka mengunakan alat tradisional yaitu Osura (dalam bahasa Daerah tolaki) tujuan dari pembuatan benteng tersebut untuk melakukan perlawanan atau menghadang orang-orang belanda yang ingin menuju di ulu sungai Abuki, karena pada waktu itu ketika belanda masuk di konawe, masing-masing orang dikampung mulai menyingkir naik diulu sungai abuki untuk tinggal, karena diatas ulu sungai abuki tersebut terdapat suatu lembah yang dikelilingi gunung yang disebut Wawowaha disana mereka berkumpul, tetapi dalam perlawanan masyarakat untuk belanda semuanya tidak berhasil karena ada seorang Ulama kendari yang juja masuk atau menjadi jurubahasa Belanda yang bernama H. Abdula Gani Laksamanayang datang menghantarkan adat kepada pembuat benteng Bendewuta  yang bernama Tomas Salipu untuk menyatukan adat ssehingga dihentikan perlawanannya, sehingga pembuatan benteng tersebut tidak selesai, tetapi bagian atas  benteng ada gundukan tanah untuk mengintai ketika musuh-musuh dari belanda datang.
Panjang benteng Bendewuta tersebut sekitar 1 kilometer, dan tinggi benteng tersebut sekarang  ada yang 2 meter dan ada yang 3 meter. Tetapi pada zaman penjajahan  tinggi benteng tersebut adalah 5 meter, karena pada saat pembuatan orang-orang berdiri dari dasar tanah orang-orang tersebut tidak nampak atau terlihat, tetapi dikarenakan pergeseran tanah dan sudah ratusan tahun sehinga terjadi penurunan dan pergeseran, dan lebar benteng sekarang adalah 1,5 meter.
Description: C:\Users\USER\Documents\Bluetooth\Inbox\20140518-064.jpeg
“Gambar benteng Bende wuta yang bertempat di Kab. Konawe, Kec. Abuki, Kel. Atodopi”
Gambar ini adalah hasil dari dokumentasi yang kami abadikan ketika kami meneliti tentang benteng tersebut, tempat kami berdiri adalah diatas benteng Bendewuta, dokumentasi tersebut diambil dari bawah dasar tanah Benteng.




















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Penjelasan Hasil Penelitian
Dalam proses penelitian perdana kami dari mahasiswa Ilmu Sejarah FIB Universitas Halu Oleo pada tanggal 18 mei 2014 pada hari minggu bertempat di Kabupaten Konawe, Kecamatan Una’aha, Kelurahan Arombu, dan Kecamatan Abuki, Kelurahan Atodopi. Dalam penelitian kami bertujuan untuk mrngangkat kembali bagaimana proses perjalanan kepemerintahan Raja Lakidende pada zamanya, bukan itu saja kami juga mengujungi makam alm. Raja lakidende, permaisuru Raja lakidende, benteng kuno yang bernama Bendewuta dan makan pahlawan karaeng Watukila. Dalam penulisan sejarah yang saya buat akan dibahas satu persatu dari situs-situs sejarah yang dikunjungi, dan informasi-informasi sejarah yang kami dapat berasal dari hasil wawancara kami kepada narasumber yaitu beliau asli orang konawe yang bernama bapak Ajimain,S.Pdi.
Description: C:\Users\USER\Documents\Bluetooth\Inbox\LeGaDhY-951442.jpg
“Gambar dari bapa Ajimain,S.Pdi. bersama mahasiswa ilmu sejarah FIB UHO

TUGAS: LAPORAN

HASIL PENELITIAN DARI SITUS SEJARAH YANG ADA DI KAB. KONAWE, KEC. UNA’AHA DAN KEC. ABUKI
“MAKAM RAJA LAKIDENDE, PERMAISURI RAJA LAKIDENDE YANG PERTAMA DAN KEDUA, BENTENG BENDEWUTA, DAN MAKAM KARAENG WATUKILA”




OLEH:
ROBIN HOOD ADAM
C1C4 13 043


PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengan karunianya LAPORAN PENELITIAN yang sangat sederhana  ini dapat penulis rampungkan.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini, baik dari segi materi,tenaga dan do’a. Penulis menyadari bahwa dalam laporan penelitian ini tentunya banyak terdapat kesalahan dan kesilafan.Untuk itu penulis minta maaf sebesar-besarnya.
Penulis berharap laporan penelitian ini sedikit banyaknya memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri. Semoga apa yang kami susun bermanfaat.
                                                                       



Kendari,   oktober 2014

       Penyusun





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Raja lakidende adalah raja pertama orang tolaki yang memeluk agama islam pertama kali di konawe, dalam proses pengislaman ada lima orang yang menjadi tokoh pengislaman Raja Lakidende yaitu utusan dari Sultan Buton dari kepulauan Tiworo, nama-nama utusan dari Sultan tersebut adalah :
6.      La Depi
7.      La Goha
8.      La Taripa
9.      La Tepara
10.  Wa Ode Ndoko
Makam para tokoh pengislaman Raja Lakidende diatass berada di kelurahan Parauna, Kabupaten Konawe.
Isteri pertama Raja lakidende bernama Mowina, permaisuri Mowina ini putri daripada Lapaleadu dan saudara dari Mowina ini bernama Pakandeate yang digelarkan Anakia Ndamalaki yang berkedudukan di Angeburi. Dan makam dari istri pertma Raja lakidende bertampat di kelerahan Arombu.
Benteng bende wuta ini yang berada di kabupaten Konawe, kecamatan Abuki, kelurahan Atodopi, merupakan benteng pertahanan yang diketuai putra mahkota Bokeo Tigalu untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda, pembuatan benteng bendewuta ini pada tahun 1912 proses pembuatannya selama enam bulan, pembuat atau pekerja benteng ini adalah suku atau orang asli Tolaki Abuki mereka mengunakan alat tradisional yaitu Osura (dalam bahasa Daerah tolaki) tujuan dari pembuatan benteng tersebut untuk melakukan perlawanan atau menghadang orang-orang belanda yang ingin menuju di ulu sungai Abuki, karena pada waktu itu ketika belanda masuk di konawe, masing-masing orang dikampung mulai menyingkir naik diulu sungai abuki untuk tinggal, karena diatas ulu sungai abuki tersebut terdapat suatu lembah yang dikelilingi gunung yang disebut Wawowaha disana mereka berkumpul, tetapi dalam perlawanan masyarakat untuk belanda semuanya tidak berhasil karena ada seorang Ulama kendari yang juja masuk atau menjadi jurubahasa Belanda yang bernama H. Abdula Gani Laksamanayang datang menghantarkan adat kepada pembuat benteng Bendewuta  yang bernama Tomas Salipu untuk menyatukan adat ssehingga dihentikan perlawanannya, sehingga pembuatan benteng tersebut tidak selesai, tetapi bagian atas  benteng ada gundukan tanah untuk mengintai ketika musuh-musuh dari belanda datang.







DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A.    Penjelasan tentang penelitian....................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
A.    Raja Lakidende............................................................................
B.     Makam istri pertama dan kedua raja lakidende.......................
C.    Makam karaeng watukila............................................................
D.    Benteng Bende wuta.....................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................
A.    Kesimpulan....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

5 komentar:

  1. Kalau bisa tahu, sumber penelitian ini siapa? Supaya bisa menjadi referensi kedepannya..

    BalasHapus
  2. Kalau bisa tahu, sumber penelitian ini siapa? Supaya bisa menjadi referensi kedepannya..

    BalasHapus
  3. adakah bukti pengislaman raja lakidende?
    di mana letak kerajaan lakidende?
    apa arti dari kata osura?

    BalasHapus
  4. Man, penelitian sejarah di kawasan Konawe memang sulit mengingat ketiadaan sumber bacaan yang mendukung. Akan tetapi, tentu bisa diupayakan pemeriksaan ulang dgn menggunakan sumber2 yang ada di daerah lain semacam kesultanan Buton atau arsip Belanda. Penggunaan data dari satu orang nara sumber (lisan) belum memenuhi syarat untuk sebuah penelitian ilmiah. Btw, usahamu bagus. Saya juga orang Unaaha, dan rasanya saya menyerah untuk membuat penelitian seperti diirmu.... They're too little evidences and exact data for the topic.

    BalasHapus
  5. Trimakasih sdh memberikan referensi budaya bagi kelangsungan sejarah dan peradaban budaya di Abuki....
    Salam mepokoaso

    BalasHapus